Opini : Pro Kontra Kawasan Karst Sebagai Objek Wisata

 

Gedung cakrawala menghiasi langit malam ini, suasana dingin mengiringi roda motor menuju ke Gua Cikenceng, perjalanan terasa sangat menyenangkan kali ini. Tidak sabar rasanya kaki ini ingin menapak ditempat tujuan karena rasa lelah berkendara juga sudah mulai terasa. Sesampainya disana terbayar sudah lelah, berganti menjadi perasaan takjub. Sangat menarik membahas Gua ini. Ada yang mencuri pandang mata yaitu letak Gua Cikenceng berada di Kawasan Karst yang padat pemukiman penduduk, dan tanaman sengon banyak terlihat tumbuh lebat disana.

Berbicara tentang Kawasan Karst, Karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori, sehingga air dipermukaan tanah selalu merembes dan mengalir ke dalam tanah. Karst juga dapat diartikan sebagai sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup, drainase permukaan, dan Gua. Kawasan Karst memiliki manfaat yaitu sebagai penyedia dan penyimpan sumber mata air  di bawah tanah. Sebagai arsip dan pelindung iklim karena Bentang alam karst memiliki peran penting sebagai penyerap karbon karena mengandung bebatuan yang mengikat karbon. Karstifikasi sendiri merupakan sebuah proses penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida dari atmofser dalam jangka waktu yang lama. Disamping itu Kawasan Karst kerap kali menyimpan kekayaan flora dan fauna yang unik dan habitat yang istimewa yang perlu dilestarikan keberadaannya dari kepunahan.

 

Namun sangat disayangkan ternyata banyak masyarakat sekitar gua cikenceng kurang mengerti manfaat dari Kawasan Karst itu sendiri bagi kehidupan mereka. Sebenarnya banyak manfaat karst yang dapat dimanfaatkan  jika masyarakat mengerti Kawasan Karst ini. Namun potensi ekonomi di daerah sekitar Gua Cikenceng banyak dikuasai oleh Industri pembuatan semen. Potensi tambang Kawasan Karst berupa pemanfaatan batu gamping sebagai bahan utama pembuatan semen yang dilakukan sektor industri semen membuat Kawasan Karst terdegradasi dan nilai lain dari kawasan karst berkurang. Dengan penggalian bahan utama pembuatan semen mengakibatkan debit sumber air menyusut drastis di daerah tersebut sehingga membuat banyak petani kehilangan lahan suburnya untuk berkebun, hilangnya keindahan dan keunikan lanskap karst. dampak lain juga muncul pada ekosistem disekitar Kawasan itu, seperti fungsi kelelawar sebagai insektisida alami dan sebagai penyerbuk buah-buahan tidak optimal karena lahan sekitar kawasan karst banyak ditanami pohon sengon bukan buah-buahan, pengotoran lingkungan oleh debu dan asap yang mengakibatkan lahan gersang dan meningkatkan penyakit saluran nafas, sehingga masyarakat sekitar tidak merasakan manfaat Karst tersebut. Akhirnya banyak masyarakat di sekitar kawasan karst mengalami perekonomian yang tidak merata.


Secangkir kopi menemani bincang malam ini dengan penggiat alam di sekitar kawasan karst itu. Dalam perbincangan itu Gua Cikenceng masih menjadi topiknya, setelah banyak obrolan, ada yang menarik untuk dibahas yaitu timbulnya gagasan oleh Perangkat RT setempat dan penggiat alam sekitar untuk menjadikan Gua Cikenceng sebagai Gua Wisata. namun gagasan tersebut menimbulkan pro dan kontra. Apakah yang terjadi bila gagasan itu terwujud ?

Membahas Gua wisata, jika Gua Cikenceng dijadikan sebagai objek wisata maka akan mendatangkan manfaat seperti membantu peningkatkan perekonomian bagi kehidupan masyarakat, membantu keberlangsungan kehidupan penggiat alam disekitar dan peningkatan infrastruktur seperti pembangunan akses jalan.

Namun apabila gagasan itu terwujud terdapat 2 ancaman yang harus diperhatikan. yaitu dalam sudut pandang Antroposentrisme dan Speleosentrisme. ancaman Antroposentrisme sendiri dapat terjadi apabila pengunjung dengan pengetahuan yang dirasa kurang dan bukan dari penggiat caving dalam aktivitas penelusuran Gua dapat menimbulkan resiko bagi penelusur itu sendiri. Misalnya terpeleset, terantuk ornamen Gua, tersesat, tenggelam, terkena gigitan hewan beracun, keracunan gas dalam Gua dan masih banyak lagi hal yang membahayakan penelusur terutama untuk orang awam.

Kemudian ancaman Speleosentrisme, tak dapat dipungkiri lagi akan adanya Vandalisme. Ancaman Speleosentrisme adalah bahaya penelusuran terhadap Gua itu sendiri karena keacuhan yang mengakibatkan kerusakan pada gua. Misalnya corat-coret ornamen dan destruksi stalaktit stalakmit yang tidak bertanggung jawab, pematahan ornamen untuk dibawa pulang sebagai cindera mata, dan masih banyak lagi kerusakan lainnya. Ancaman tersebut mendorong untuk diadakannya pencegahan perusakan Gua. Ialah dengan mengikuti aturan Kode Etik Penelusuran Gua, Sistem Perizinan dan Rekomendasi Yang Ketat.

Lalu bagaimana Regulasi yang mengatur apabila Kawasan Karst dan Gua dijadikan sebagai objek wisata?

Ternyata pembangunan Bidang Wisata Caving Atau Susur Gua telah diatur oleh Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Dana Pelayanan Kepariwisataan tujuannya adalah sebagai acuan bagi Organisasi Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pariwisata dalam melaksanakan menu kegiatan yang di danai dari dana alokasi khusus nonfisik dana pelayanan kepariwisataan dengan memperhatikan ruang lingkupnya. Jika dilihat dari aturan diatas disimpulkan bila Gua Cikenceng dijadikan tempat wisata wajib direncanakan sebaik-baiknya terlebih dahulu sesuai yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang Pemerintah Daerah. Selain itu perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan kawasan yang meliputi Perizinan, Pengawasan, dan Penertiban Pemanfatan Kawasan Karst sebagai Gua wisata seperti yang terkandung dalam Undang Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya BAB 1 Pasal 1 nomor 12 yang berbunyi Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan/atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.

Ditarik kesimpulan apabila Gua Cikenceng ingin dijadikan sebagai Wisata Gua (Minat Khusus) alangkah baiknya ditujukan untuk kepentingan Penelitian dan Pendidikan. Dan  untuk penelusur sendiri Ketika akan melakukan aktivitas penelusuran harus mempersiapkan mental, fisik dan juga teknis. Penelusur  juga harus berbekal ilmu mengenai Teknik dalam penelusuran Gua serta rescue. Selain itu penelusur juga harus mempersiapkan alat-alat yang memadahi dan harus memahami cara menggunakan alat-alat tersebut, agar tidak terjadi kesalahan atau kegagalan peralatan akibat kurangnya persiapan dan pengetahuan.

 

Oleh : Elinda Shofiana (Boru)

Related Images: