Otak, Otot, dan Nasib

Kegiatan pengembangan skill Rock Climbing di Tebing Cidomba, Kab.Bogor

OON perkataan ini acapkali kita dengar dari para  senior yang menasehati adik-adiknya ketika sedang latihan maupun berkegiatan di alam bebas, seperti pemanjatan di tebing, penelusuran gua, mendaki gunung, mengarungi sungai dan sebagainya. Mungkin terdengar agak menjengkelkan ketika mendengar kata itu dengan pikiran yang sempit, namun setelah kita membuka pandangan yang lebih luas OON yang dimaksud adalah Otak, Otot, dan Nasib, ini seperti metode yang dipakai Tan Malaka untuk meringkas uraian perkataan yang bukan perkataan ketika menulis buku MADILOG yang ia sebut sebagai jembatan keledai.

Berkegiatan di alam bebas tentunya harus memiliki pengetahuan, skill dan kerendahan hati. Pengembara berbekal otot dan otaknya serta mampu menempatkan sesuai dengan posisinya, begitu kiranya pesan Norman Edwin dalam bukunya Catatan Sahabat Sang Alam yang tetap mengembara serta mampu dan rajin menuturkan kisahnya lewat catatan perjalanan. Sangat tepat jika berpendapat bahwa alam merupakan tempat sarana belajar paling terbaik. Terkhusus bagi generasi pecinta alam yang secara rutin melakukan aktivitas proses pembelajarannya di alam bebas, menjelajah alam bukan hanya sekedar untuk ajang eksistensi semata dan meningkatkan popularitas, tetapi didalamnya terdapat sebuah proses dan pengalaman yang tidak ternilai.

Pertama O (Otak), sebelum melakukan kegiatan alam bebas tentunya setiap orang wajib memiliki pengetahuan dasar baik teori maupun praktik, hal tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang kesuksesan dari setiap perjalanan maupun penjelajahan dialam bebas. Misalnya ketika ingin ekspedisi pendakian gunung tentunya kita akan mempelajari packing, manajemen ekspedisi, pencarian data lapangan lapangan, karakteristik gunung yang dituju, serta mengharuskan kita mempergunakan otak berpikir jernih dalam setiap pengambilan keputusan, dan setelahnya membuat sebuah laporan atau sebuah catatan yang nantinya akan berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan demi kemajuan agama, bangsa dan negara.

Kedua O (Otot), diibaratkan mempersiapkan senjata sebelum perang, maka hal ini berlaku juga ketika melakukan kegiatan di alam bebas, pengetahuan saja tidak cukup jika tidak melakukan pola latihan fisik yang baik. Keadaan alam seperti cuaca yang sulit diprediksi, tebing curam, bentang alam yang ekstrim, sungai dengan arus deras bahkan rapatnya vegetasi tentunya untuk melewati tantangan alam tersebut dibutuhkan kemampuan fisik agar kita dapat menghindari bahaya serta meminimalisir resiko yang dihadapi.

Norman Edwin mengalami frostbite

Ketiga N (Nasib), setelah pengetahuan dan kemampuan fisik, nasib juga menentukan takdir seseorang, manusia akan selalu berusaha, tetapi kehendak yang diatas juga yang bakal memutuskannya begitu kiranya pesan yang dapat kita pelajari dari kisah Norman Edwin dan Didiek Samsu yang meninggalkan dunia ketika melakukan ekspedisi pendakian ke gunung Aconcagua, Argentina tanggal 12 Maret 1992. Norman mengalami frostbite pada tangannya sementara Didiek mengalami kebutaan akibat pantulan sinar matahari di atas es. Norman adalah petualang paling top saat itu bertekad untuk menjadi orang pertama yang mengibarkan merah putih di tujuh puncak tertinggi dunia. Apa boleh buat tuhan mempunyai kehendak lain,  tuhan bersama petualang sejati begitu kiranya.

Oleh: Oktavian Ardiansyah

 

Related Images: