Mengenal Lebih Dekat Herman O Lantang Melalui Film Dokumenter; Guru dan Sahabat Pecinta Alam

Melalui film dokumenter HOL (Herman O Lantang)yang berdurasi lebih kurang dua jam karya sutradara Ressy Elang Andrian yang tayang pada tanggal 22 Mei 2021 di Auditorium Syahida Inn, UIN Syarfhidayatullah Jakarta mengajak generasi pecinta alam saat ini untuk mengenal lebih dekat sosok inspiratif tokoh pecinta alam legendaris seperti Herman O Lantang, meskipun mungkin beliau tidak sepopuler sahabatnya Soe Hok Gie akan tetapi spirit perjuangan serta pengalamannya dalam kepecintaalaman dan perjuangan tekad hidupnya patut kita contoh.

 Herman O Lantang yang tutup usia (80), merupakan mantan Mahasiswa Antropologi Fakultas Sastra UI angkatan 1960, pendiri Mapala UI dan pernah menjabat sebagai ketua senat di fakultasnya pada periode 1972-1974.  Mantan aktivis di zaman Soekarno ini lahir di sudut kota kecil Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 2 Juli 1940. Ia juga merupakan sosok humanis yang menyukai lagu “we shall overcome” dengan tema gerakan hak-hak masyarakat sipil. Sejak kecil Ia diajak ayahnya yang seorang tentara kompeni naik turun gunung serta keluar masuk hutan di sekitar rumahnya, sehingga lambat laun membawa pengaruh yang positif terhadap minat bakatnya untuk menjelajah dan berkegiatan di alam bebas.

Berawal dari kecintaan pada alam dan hobi yang sama sebagai pendaki gunung, Ia bersama sahabatnya Gie mendirikan Mapala UI pada tahun 1964, kondisi tersebut didorong karena kegelisahan dan ketidakpercayaan pada kondisi perpolitikan di kampus pada saat itu yang penuh dengan hipokrisi serta bertolak belakang dengan prinsip Herman O Lantang yang berpandangan bebas dan independen. Ia berpendapat bahwa melalui organisasi pecinta alam dapat menjadi wadah alternatif serta solusi pembentukkan manusia yang berkarakter, jujur, bertekad kuat, rendah hati, dan saling merangkul satu sama lain, karena menurutnya di alam lah kita dapat memupuk rasa kekeluargaan dan manifestasi atas  rasa syukur kepada tuhan.

Herman O Lantang melakukan ekspedisi bersama kawan-kawannya di Mapala UI

Teman pendakian menjuluki Heman O Lantang  si “Jendral Batu” karena ia dipercaya untuk memimpin beberapa pendakian, dan pernah bergabung menjadi tim ekspedisi puncak soekarno dalam rangka program WISEKU (West Irian Scientific Expedition Kyoto University) Jepang. Sepulang Ekspedisi Ia mendapatkan sebuah tas ransel angkut barang dari kerangka alumunium dengan nama carrier. Beberapa tahun kemudian sampai hari ini carrier menjadi sebutan umum di kalangan pendaki gunung untuk sebutan ransel keren dan bergaya luar negeri itu. Selain itu catatan perjalanan hasil ekspedisi Herman O Lantang dipublikasikan melalui tulisan lepas yang mendorong kebebasan berpikir, bernuansakan pengalaman perjalanan, dan pemahaman mengenai tempat yang ia kunjungi.

Herman O Lantang telah banyak memberikan banyak inspirasi dan hal-hal baik bagi banyak orang dan terkhusus generasi saat ini, Herman O Lantang menuturkan bahwa bagian terpenting dari sebuah pendakian atau bahkan kehidupan adalah sebuah proses dan tekad kita untuk mencapai apa yang akan kita impikan baginya itu tidak ternilai dengan nominal angka.

Oleh : Oktavian Ardinsyah/STC.18349.RS

Related Images: